| | | | |
| | Gudang Makalah, Skripsi dan Tesis | | |
| | | | |
| | | | |
| |
SKRIPSI PTK PENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB X |
|
May 9, 2011 at 10:46 AM |
|
(KODE PTK-0057) : SKRIPSI PTK PENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB X (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) – (SDLB KELAS III)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa dalam kehidupan sehari-hari sangat memegang peranan penting terutama dalam pengungkapan pikiran seseorang atau merupakan sarana untuk berflkir, menalar dan menghayati kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada seorangpun yang dapat meninggalkan bahasa karena selain sebagai sarana berflkir bahasa juga digunakan sebagai alat komunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Gorys Keraf (Husain Junus,1996:14) menyatakan bahwa "Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa bunyi suara atau tanda atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya kepada manusia lainnya". Dalam hal ini yang dimaksud dengan bahasa sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat adalah Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat ini tidak lepas dari penguasaan kosakata, karena dengan penguasaan kosakata yang cukup akan memperlancar siswa dalam berkomunikasi dan mempermudah siswa untuk memahami bahasa yang terdapat dalam buku-buku pelajaran. Seperti diungkapkan oleh Burhan Nurgiantoro (1988:154) "untuk dapat melakukan kegiatan komunikasi dengan bahasa diperlukan penguasaan kosakata dalam jumlah yang cukup atau memadai". Penguasaan kosakata yang lebih banyak memungkinkan kita untuk menerima dan menyampaikan informasi yang lebih luas dan kompleks". Lebih lanjut Burhan Nurgiantoro (1988:196) mengatakan "Kosakata merupakan alat utama yang harus dimiliki seseorang yang akan belajar bahasa, sebab kosakata berfungsi untuk membentuk kalimat dan mengutarakan isi pikiran serta perasaan dengan sempurna baik secara lisan maupun tulisan".
Penguasaan kosakata pada usia sekolah dasar sangatlah penting dan merupakan dasar yang kuat untuk penguasaan kosakata pada usia selanjutnya. Anak pada saat itu diisi dan dibimbing dengan teratur dan sistematik dalam proses menyadari dunia dan alam sekitarnya, bahkan keluar dunia alam sekitarnya yang disebut proses belajar. Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum Bahasa Indonesia tahun 2004 menyatakan bahwa pengajaran Bahasa Indonesia ditujukan pada pengembangan kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia meliputi ketrampilan membaca, menyimak, berbicara, dan menulis secara seimbang. Tujuan sebagaimana diatas pada hakikatnya disesuaikan dengan kebutuhan saat ini.
Seiring dengan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia, maka siswa pada tingkat dasar diharapkan mampu atau dapat menguasai keempat ketrampilan bahasa secara aktif dan integratif dengan menggunakan komponen bahasa yang komunikatif dan benar, sehingga secara tidak langsung kemampuan dan penguasaan bahasa ini dapat menjawab tantangan di era globalisasi ini. Siswa dituntut mampu untuk mengikuti perkembangan teknologi setaraf dengan kemampuannya yang disesuaikan dengan tingkat usia dan tingkat perkembangan mental anak. Pendidikan bahasa sebagai alat komunikasi sangatlah penting dan harus dipahami oleh siswa pada umumnya dan anak tunagrahita pada khususnya. Bagi anak tunagrahita itu sendiri bahasa yang dimiliki belum cukup untuk berkomunikasi secara lancar, itu semua disebabkan karena kondisi ketunaan yang disandangnya.
Kondisi anak tunagrahita seperti yang diungkapkan oleh Moh Amin (1995:11) yaitu:
"Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada dibawah rata-rata. Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari dua hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti: mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan".
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran Bahasa Indonesia pada anak tunagrahita umumnya masih rendah, khususnya kemampuan dalam penguasaan kosakata. Pernyataan ini diperkuat oleh seorang guru kelas III di SLB Negeri X bahwa sebagian besar siswa kelas III di SLB Negeri X Kabupaten X mempunyai sebuah permasalahan yang serius, yaitu belum terciptanya kebiasaan berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia. Siswa pada umumnya lebih suka menggunakan bahasa ibu (Bahasa Jawa) atau bahasa dialog dalam berkomunikasi baik dengan teman sekolah maupun dengan gurunya. Beberapa pedoman yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahasa pengantar yang termuat dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional sebagai berikut:
1. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi Bahasa pengantar dalam pendidikan nasional.
2. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan bila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau ketrampilan tertentu.
Terkait dengan peristiwa tersebut, beberapa faktor yang menjadi penyebab belum tercapainya tujuan yang diharapkan guru dengan kondisi siswa tunagrahita sebagai berikut:
1. Guru belum dapat menyajikan model pembelajaran Bahasa Indonesia secara aktif, kreatif dan integratif sesuai dengan kondisi anak dilapangan.
2. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang bervariasi, sehingga siswa tunagrahita kurang termotivasi untuk menerapkan apa yang telah disampaikan.
3. Kurangnya kosakata yang dimiliki oleh siswa tunagrahita.
4. Buku pelajaran kurang porposional artinya belum mempunyai porsi yang cukup untuk mengembangkan ketrampilan salah satunya berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Berbagai faktor penyebab di atas dapat diatasi dengan menggunakan suatu metode pembelajaran baru. Pembelajaran yang dimaksud adalah dengan pelaksanaan bermain peran (roleplay). Bermain peran adalah pentas pertunjukan yang dimainkan sejumlah orang. Saat bermain peran (role play) dibuatkan pembagian peran dan deskripsi setiap peran, selebihnya para pemain melakukan improvisasi untuk mengembangkan perannya masing-masing. Selesai permainan, kemudian fasilitator mengajak peserta menarik kesimpulan dari permainan. Bermain peran ini dapat menambah kosakata yang dimiliki anak lewat peran yang dimainkannya. Di samping anak akan menyukai peran yang akan dimainkan, anak akan berusaha untuk menjiwai setiap perannya. Melalui peran yang dimainkannya, dapat menambah perbendaharaan kosakata, selain itu bermain peran tidak terikat pada jadwal, mengingat anak-anak sering mogok tidak mematuhi rencana dikelas. Sutratinah Tirtonegoro (1987:17) mengemukakan bahwa:
"Mengajar di SLB harus fleksibel secara informal dramatisasi menarik perhatian anak, dan tidak boleh terikat pada jadwal mengingat anak-anak tersebut sering mogok tidak mematuhi rencana dikelas. Sehingga dengan demikian aspek-aspek kejiwaan anak akan terangsang begitu pula daya visual auditif motorik anak tertarik. Akibat dari stimulasi dan asosiasi yang berturut-turut dan terus menerus akan menumbuhkan mental yang tinggi".
Bermain peran adalah salah satu metode pembelajaran yang menyajikan hal-hal yang konkret dan melatih anak dalam penguasaan kosakata lewat peran yang dimainkannya. Melihat kondisi dilapangan bahwa anak tunagrahita lemah dalam berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia maka metode bermain peran ini perlu untuk diterapkan. Berdasarkan kenyataan dan permasalahan sebagaimana di atas, maka peneliti mencoba mengadakan penelitian tindakan kelas yang setidaknya mampu mendapatkan formula baru dalam mengatasi permasalahan yang selama ini dihadapi, khususnya dalam ketrampilan berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia melalui peningkatan penguasaan kosakata yang dimiliki anak. Oleh karena itu peneliti mengajukan penelitian tindakan kelas sebagai berikut "Peningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia melalui Metode Bermain Peran pada Anak Tunagrahita Ringan di SLB Negeri X".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Seberapa besar peningkatan metode bermain peran dalam meningkatkan penguasaan kosakata Bahasa Indonesia pada anak tunagrahita ringan yang berlangsung di SLB Negeri X".
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan penguasaan kosakata Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode bermain peran pada anak tunagrahita ringan yang berlangsung di SLB Negeri X.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Mengetahui peranan penggunaan metode bermain peran untuk meningkatkan penguasaan kosakata Bahasa Indonesia pada anak tunagrahita ringan kelas III SLB Negeri X tahun pelajaran XXXX/XXXX.
2. Manfaat Praktis
a. Menemukan alternatif untuk meningkatkan kemampuan penguasaan kosakata Bahasa Indonesia
b. Mencari solusi permasalahan yang dialami siswa yang mengalami kesulitan dalam penguasaan kosakata dalam Bahasa Indonesia
makalah gratis |
| |
| | |
| |
| | | | |
| | | | |
| |
SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) |
|
May 9, 2011 at 10:45 AM |
|
(KODE PTK-0056) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) (MATA PELAJARAN : IPS EKONOMI) – (SMA KELAS XI)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah pendidikan sesungguhnya telah banyak dibicarakan oleh para ahli pendidikan. Mereka menyadari bahwa pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di era globalisasi. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak, yang nantinya akan tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang akan berinteraksi dan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya, baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.
Secara total, pendidikan merupakan suatu sistem yang memiliki kegiatan cukup kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain. Jika menginginkan pendidikan terlaksana secara teratur, berbagai elemen (komponen) yang terlibat dalam kegiatan pendidikan perlu dikenali. Pendidikan dapat dilihat dari hubungan elemen peserta didik (siswa), pendidik (guru), dan interaksi keduanya dalam usaha pendidikan. Hubungan antara elemen peserta didik (siswa) dengan pendidik (guru) seharusnya tidak hanya bersifat satu arah saja berupa penyampaian informasi dari guru kepada peserta didik. Proses belajar mengajar justru lebih baik jika dilakukan secara aktif oleh keduabelah pihak yaitu guru dan peserta didik agar terjadi interaksi yang seimbang antara keduanya. Namun demikian, masih kerap ditemui dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Ekonomi guru menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran lebih mengandalkan metode ceramah sehingga siswa menjadi bosan dan kurang aktif. Mata pelajaran Ekonomi pun masih dianggap i sebagai mata pelajaran yang menuntut kemampuan menghafal. Tanpa perlu upaya pemahaman dan dikaitkan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar dikelas tentu akan berpengaruh pada hasil belajar. Begitu pula dengan permasalahan di atas, sebagaimana dikemukakan oleh Sumarsono (2007: 8) bahwa "Belajar merupakan proses perubahan sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang berlangsung terus men erus dalam periode waktu yang panjang". Penggunaan metode yang tepat di dalam pelaksanaannya, serta pelaksanaan evaluasi hasil belajar, merupakan aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilah belajar.
Permasalahan seperti di atas terjadi pula di SMAN X. Berdasarkan pandangan guru bersangkutan, kondisi kelas saat kegiatan belajar mengajar masih sering pasif. Sangat sulit untuk terjadinya interaksi aktif baik antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru. Hasil belajar pun masih tergolong rendah. Informasi tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh peneliti dengan melaksanakan observasi. Observasi dilakukan di seluruh kelas X SMAN X yang berjumlah lima kelas, mulai dari X1 hingga X5. Berdasarkan hasil observasi tersebut, diketahui bahwa siswa kelas X masih cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Interaksi aktif baik antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru juga kurang. siswa lebih banyak melakukan aktivitas mencatat dan mendengarkan. Aktivitas lain seperti bertanya atau pun berpendapat dan bertukar pikiran masih sangat kurang.
Keadaan tersebut, setelah peneliti cermati ternyata tidak lepas dari metode pembelajaran yang digunakan. Selama pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang kurang berhasil tentu akan berdampak pada hasil belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa rendahnya hasil belajar siswa kelas X tersebut tidak terlepas dari metode pembelajaran yang kurang variatif.
Rendahnya kektifan siswa dapat diketahui berdasarkan observasi dengan menggunakan lembar observasi. Kegiatan yang diamati beserta tingkat keaktifannya secara rinci adalah 41,67% untuk kegiatan visual, 8,33% untuk kegiatan lisan, 63,89% untuk kegiatan mendengarkan, dan 52,78% untuk kegitan menulis. Rendahnya hasil belajar siswa kelas X SMAN X dapat dilihat dari nilai ulangan harian dan mid semester genap tahun ajaran XXXX/XXXX. Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa kelas X memiliki hasil belajar yang masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari prosentase jumlah siswa yang nilainya telah memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) masih kurang dari 60% di semua kelas X.
Berdasarkan pandangan di atas, maka permasalahan yang muncul adalah bagaimana guru dapat menciptakan suatu proses pengajaran yang dinamis. Pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran tersebut juga harus dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi sehingga hasil belajar pun meningkat. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan serta hasil belajar siswa adalah pendekatan struktural. Dengan pendekatan struktur tipe NHT, siswa diarahkan untuk bekerja sama dan saling membantu dalam kelompok kecil. Siswa diarahkan pula pada penghargaan kooperatif dan penghargaan individu.
Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah, dengan tujuan untuk menemukan sebuah alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran ekonomi, agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu solusinya yaitu dengan mengembangkan suatu pendekatan pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif dan paham terhadap materi pelajaran.
Model Pembelajaran Kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa, interaksi, penguasaan siswa terhadap materi. Salah satu pendekatan dari model pembelajaran Kooperatif adalah Pendekatan Struktural. Pendekatan ini memberikan pemecahan pada penggunaan struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pendekatan struktural terdiri dari dua macam struktur yang terkenal yaitu Think Pair Share (TPS) dan Numbered-Head Together (NHT). Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar siswa. Siswa dibagi ke dalam kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa heterogen. Setiap siswa dalam kelompoknya diberi nomor yang berbeda.
Berdasarkan pemikiran dan permasalahan tersebut di atas maka peneliti ingin menerapkannya apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktur terhadap keaktifan peserta didik untuk mencapai hasil belajar pada mata pelajaran IPS Ekonomi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : "Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Ekonomi Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) di SMAN X Tahun Pelajaran XXXX/XXXX"
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat ditemukan perumusan masalah sebagai berikut :
Apakah pembelajaran kooperatif tipe NHT tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS Ekonomi siswa SMAN X?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Mengetahui pembelajaran kooperatif tipe NHT tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS Ekonomi siswa SMAN X.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan :
1. Bagi Guru
Sebagai alternatif pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang tidak hanya berupa nilai tetapi juga ketrampilan dalam menerapkan materi mata pelajaran Ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Siswa
Mendapatkan kemudahan dalam menemukan pengetahuan dan mengimplementasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bagi Peneliti
a. Mendapatkan wawasan dan pengalaman.
b. Mendapatkan fakta penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
makalah gratis |
| |
| | |
| |
| | | | |
| | | | |
| |
SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI |
|
May 9, 2011 at 10:44 AM |
|
(KODE PTK-0055) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI (MATA PELAJARAN : GEOGRAFI) – (SMA KELAS X)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Oleh karena itu pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan sumberdaya manusia agar mampu bersaing dalam menghadapi perkembangan zaman. Karena pentingnya bidang pendidikan tersebut maka komponen yang terkait dalam dunia pendidikan baik keluarga, masyarakat, dan juga pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Meningkatkan kualitas pembelajaran merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam suatu proses belajar mengajar untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini merupakan tugas bagi masing-masing sekolah dan yang paling utama adalah bagi guru sebagai tenaga pengajar. Guru harus selalu kreatif dan inovatif dalam melakukan pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan dan antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan berkualitas dan prestasi yang dicapai siswa memuaskan. Metode pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan, karena pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan membantu tercapainya tujuan pembelajaran.
Seiring dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai tahun 2006 lalu, guru tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama yaitu guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher center). Hal ini nampaknya masih banyak diterapkan di ruang-ruang kelas dengan alasan pembelajaran seperti ini merupakan pembelajaran yang paling praktis dan tidak menyita waktu. Hal ini menyebabkan siswa cenderung jenuh, bosan dan akhirnya kurang tertarik terhadap pembelajaran yang berlangsung. Hal ini berpengaruh terhadap capaian hasil belajar siswa.
Secara umum keberhasilan proses belajar mengajar dapat ditinjau dari dua faktor, yaitu:
1. Faktor guru
a. Penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan
b. Penguasaan guru terhadap materi yang disampaikan
c. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan.
2. Faktor siswa
a. Seberapa besar minat dan kemampuan siswa dalam belajar
b. Kemampuan siswa untuk mempelajari buku-buku bacaan sebagai sumber belajar
Berdasarkan pengamatan dan observasi yang telah dilakukan di SMAN X, pembelajaran geografi yang dilakukan guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional ceramah dan pembelajaran berpusat pada guru. Guru geografi tidak menyadari bahwa metode pembelajaran konvensional yang dilakukan monoton dan membosankan sehingga para siswa menjadi kurang antusias, cenderung pasif, dan kurang tertarik dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu dalam pembelajaran guru juga tidak menggunakan media yang menarik. Hal inilah yang menyebabkan hasil belajar yang dicapai siswa cenderung rendah. Kenyataannya di lapangan, guru merasa kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran geografi karena guru sudah terbiasa dengan metode ceramah yang dirasa paling mudah dilaksanakan.
Selain dari faktor guru, rendahnya hasil belajar siswa juga dapat disebabkan karena faktor dari siswa, salah satunya yaitu minat belajar. Pada saat pelajaran geografi berlangsung siswa cenderung pasif di dalam kelas, hanya beberapa siswa yang terlihat mencatat penjelasan guru, sedikit yang mempunyai buku literatur, dan sedikit siswa yang bertanya. Hal ini menunjukkankan bahwa siswa kurang berminat dalam mengikuti pelajaran geografi. Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran geografi dapat menyebabkan hasil belajar siswa kurang maksimal dan ketidaktertarikan siswa terhadap pelajaran yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003: 57) yang mengemukakan:
"Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu."
Reber dalam Syah (1995:136) menyatakan bahwa minat banyak bergantung pada faktor-faktor internal seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Minat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar dalam bidang-bidang studi tertentu. Misalnya seorang siswa menaruh perhatian besar terhadap mata pelajaran geografi akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan perhatiannya lebih intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu diadakan perbaikan terhadap strategi pembelajaran yang berkaitan dengan model pembelajaran yang digunakan guru, yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu dari banyak model pembelajaran yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif lebih melibatkan siswa secara langsung untuk aktif dalam pembelajaran. Jadi dengan diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran geografi.
Berdasarkan informasi dari guru, siswa menganggap bahwa materi pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi merupakan materi yang sulit untuk dipelajari dan dipahami. Guru juga merasa kesulitan dalam menyampaikan materi karena keterbatasan waktu dan banyaknya materi yang tercakup dalam KD tersebut yang meliputi siklus hidrologi, berbagai macam perairan darat, dan perairan laut. Luasnya cakupan materi tersebut dengan hanya diterapkan metode ceramah saja menjadikan siswa sangat sulit memahami materi tersebut. Hal ini ditunjukkan pula dengan perolehan nilai siswa pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi yang cenderung rendah dari tahun ke tahun dan lebih rendah pula dibandingkan dengan KD lain pada semester genap.
Apabila dibandingkan dengan Kompetensi Dasar lain pada semester genap, nilai rata-rata siswa pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi juga lebih rendah pada tahun XXXX.
Dari data tersebut menunjukkan masih rendahnya hasil belajar siswa SMAN X pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi. Oleh karena itu perlu diadakan suatu penerapan metode pembelajaran baru untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Kompetensi Dasar tersebut.
Berdasarkan nilai ulangan pada mid semester genap tersebut menunjukkan bahwa kelas X mempunyai nilai rata-rata kelas yang paling rendah dibanding dengan kelas lain. Oleh karena itu penelitian ini dilaksanakan pada kelas X.
Di dalam pembelajaran kooperatif dikenal berbagai metode pembelajaran salah satunya adalah metode Numbered Heads Together (NHT). NHT merupakan pendekatan struktur informal dalam cooperative learning. NHT merupakan struktur sederhana dan terdiri atas 4 tahap yaitu Penomoran (numbering), Mengajukan Pertanyaan (Questioning), Berpikir Bersama (Heads Together), dan Menjawab (Answering) yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi para siswa.
Prinsipnya metode ini membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil, dan setiap siswa dalam kelompok akan mendapatkan nomor, nomor inilah yang digunakan sebagai patokan guru dalam menunjuk siswa untuk mengerjakan tugasnya. Selain itu pembagian kelompok juga dimaksudkan agar setiap siswa dapat bertukar pikiran dalam menyelesaikan semua permasalahan yang ditugaskan oleh guru secara bersama-sama sehingga diharapkan setiap siswa akan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Metode ini berupaya meningkatkan aktivitas siswa untuk aktif dalam belajar secara kelompok, sehingga akan menimbulkan minat dan motivasi yang tinggi dalam belajar baik secara individu maupun kelompok.
Penerapan metode NHT ini sesuai dengan karakteristik pada KD Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi karena dengan melakukan diskusi siswa dapat bertukar pikiran mengenai materi yang dipelajari, sehingga siswa tidak diibaratkan sebagai botol kosong yang kemudian diisi oleh guru. Dengan metode ini semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk melaporkan hasil diskusi, sehingga semua anggota kelompok dituntut untuk memahami materi yang dipelajari. Metode NHT menuntut siswa untuk berdiskusi dengan sungguh-sungguh, tidak hanya mengandalkan pada siswa yang pandai, sehingga memungkinkan siswa untuk memahami materi dan hasil belajar siswa meningkat.
Dalam upaya peningkatan minat dan hasil belajar siswa tersebut, maka perlu dilaksanakan tindakan perbaikan berkaitan dengan penggunaan metode pembelajaran geografi, khususnya pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi. Dengan perumusan judul penelitian sebagai berikut: "Penerapan Metode Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi Siswa Kelas X SMAN X Tahun XXXX/XXXX"
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan Metode Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan minat belajar geografi pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi Siswa Kelas X SMAN X tahun ajaran XXXX/XXXX?
2. Apakah penerapan Metode Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar geografi pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi Siswa Kelas X SMAN X tahun ajaran XXXX/XXXX?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peningkatan minat belajar Geografi dengan menerapkan Metode Numbered Heads Together (NHT) pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi Siswa Kelas X SMAN X Tahun XXXX/XXXX.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Geografi dengan menerapkan Metode Numbered Heads Together (NHT) pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi Siswa Kelas X SMAN X Tahun XXXX/XXXX.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pendidikan mengenai penerapan pembelajaran kooperatif dengan Metode Numbered Heads Together (NHT) untuk peningkatan minat dan hasil belajar siswa mata pelajaran geografi terutama pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi.
b. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif dan mendukung teori pembelajaran kooperatif.
c. Menjadi bahan pembanding, pertimbangan, dan pengembangan bagi peneliti di masa yang akan datang di bidang dan permasalahan yang sejenis atau bersangkutan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Mendapatkan kemudahan dalam belajar dan lebih mudah memahami materi geografi yang disampaikan oleh guru.
2) Meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi.
b. Bagi Guru
1) Sebagai masukan bagi guru geografi dalam menentukan metode mengajar yang tepat sesuai dengan materi yang bersangkutan, dalam rangka peningkatan minat dan hasil belajar siswa.
2) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran.
3) Mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran geografi.
c. Bagi Peneliti
1) Menerapkan ilmu yang telah diterima di bangku kuliah khususnya yang bersangkutan dengan pendidikan.
2) Mendapatkan pengalaman langsung dalam penerapan metode Metode Numbered Heads Together (NHT) khususnya pada kompetensi dasar menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.
3) Mendapat bekal tambahan sebagai mahasiswa dan calon guru geografi sehingga siap melaksanakan tugas di lapangan.
makalah gratis |
| |
| | |
| |
| | | | |
| | | | |
| |
SKRIPSI PTK THE USE OF TEXT BASED TASK TO IMPROVE STUDENTS LISTENING ABILITY |
|
May 9, 2011 at 10:42 AM |
|
(KODE PTK-0054) : SKRIPSI PTK THE USE OF TEXT BASED TASK TO IMPROVE STUDENTS LISTENING ABILITY (MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS) – (SMP KELAS VIII)
CHAPTER I INTRODUCTION
A. Background of the Study
In the process of teaching and learning English, students' ability in mastering the four language skills becomes an important goal. These will involve receptive skills; listening skill (understanding the spoken language), reading skill (understanding written language) and productive skills; speaking skill (producing spoken language) and writing skill (producing written language). Unfortunately, most of Indonesia education institutions in which English is one of first foreign languages have concerned with the teaching of written language. In fact, mastering spoken language is very important in communication. In order to master the spoken language, we must be able to speak and we must be able to listen to spoken language.
In language classroom, listening tends to be neglected; many language educators assume that listening is automatically acquired while the learners learn to speak a language. Rost states that unlike speaking, however, through which we can record a child's first words and even measure the fluency of a person's contribution to a conversation, listening is less directly observed and less noticeable in both its development and its everyday use (1994:1). However, students need to learn how to listen to improve their listening ability.
Listening is very important in language learning, students understand the content of spoken language by listening. The relationship between listening and language learning is that language learning depends on listening. Listening provides the aural input that serves as the basis for language acquisition and enables learners to interact in spoken language. Rost (1994: 148) states that teaching listening is an important part of second language teaching. Most teaching methodologies emphasize the role of listening in language learning.
Listening is not a simple process. In order to understand the content of spoken language, students require some of listening skills. Nunan describes listening as follows:
In relation to listening, learners need skills in segmenting the stream of speech into meaningful words and phrases: the ability to recognise words, phrases and words classes: ways of relating incoming message to one's own background knowledge, and identifying the rhetorical and functional intent of an utterance or parts of an aural text: skills in interpreting rhythm, stress and intonation to identify information focus and emotional/attitudinal tone: the ability to extract the gist/or essential information from longer aural texts without necessarily understanding every word (1998:6).
In line with Rost (1994:136-137) states that understanding how listening ability develops requires a comprehensive view of what it means to improve. Listening involves psychological skills, such as recognizing between sounds, parsing speech into constituent parts and processing the discourse in term of cohesion, logic and relevant underlying schemas. Rost (1994:148) also says that listening can be taught as component skills. Specific learning activities can be designed which target specific skills. Furthermore, students' listening ability can be improved by developing their listening skill.
Teaching listening of foreign language is the most difficult one. Foreign language students do not have native speakers' competence in using their background knowledge and for recognizing words or grammatical characteristic of spoken language easily. Listening is also more difficult than reading, a reader can cast an eye back over misunderstood phrase, but the listener gets no second time. English is a compulsory subject in Indonesia, which must be taught starting from Junior High School level until University level involving the teaching of listening. The problems which are faced by students in learning listening may be caused by many factors, such as teacher, students, teaching technique and teaching material.
This research focuses on the listening problems as experienced by the eighth grade students of SMPN X. Based on Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) in teaching listening at the eighth grade students of SMP, the students are expected to be able to: 1) understand the meaning of a simple transactional and interpersonal dialogue, 2) understand the meaning of a functional and short simple monologue spoken text in the form of descriptive, narrative, recount, procedure, and report text related to surrounding environment.
In the real condition, the students have lack of listening ability in understanding the content of spoken text. This problem is indicated as follows: 1) the students are difficult to recognize the words and grammatical characteristic of spoken text, 2) the students are difficult to catch the clues information of spoken text, 3) the students are difficult to infer the speaker's intention or meaning, 4) the students are difficult to do the listening task and 5) Most of the students are still confused with the purpose of their listening activity. In addition, the classroom situation is not live during the teaching and learning process, it is shown as follows: 1) Most of the students do not active in answering the teacher's questions, 2) most of the students do not try to ask the teacher about their difficulties in listening, 3) Some of the students just listen to the teacher without doing the listening task, 4) Some of the students are busy in talking to their friends and 5) the students seem to be bored in doing the listening activity.
Those problems are caused by: the lack of the students' vocabularies and grammar, the low of the students' listening strategy; they try to understand the content of spoken language word by word, rather than try to link what they hear with their previous knowledge or try to find clue information, and the difficulties of the listening tasks. Besides, the teaching technique and teaching material are the main factors causing the lack of the students' listening ability. The technique which is used by the teacher is reading the text twice or three times and followed by several questions, rather than gives specific task to the students before listening. It makes the students confused with their listening purpose. The teacher hardly ever uses recorded material in listening that makes the students bored and very difficult to listen to the English of native speakers.
To overcome these problems, the English teacher and I would like to conduct an action research study by using text-based task (TBT). In TBT, students process the text based on the listening task given. Willis gives the term 'text-based task' to design communicative tasks based on reading and listening text or video extracts (1998:67).Text-based tasks also bring efficient listening strategies, strategies to comprehend the content from detail linguistic components and from students' background knowledge. This is argued by Willis (1998:75) who states:
All text based-tasks aim to encourage natural and efficient reading/listening/viewing strategies, focusing initially on retrieval of sufficient relevant meaning for the purpose of the task. This will entail both holistic processing, i.e. gaining an overall impression, and picking up detailed linguistics clues: a combination of what are commonly called 'top-down' and 'bottom-up' processes.
Task is used as a means of delivering teaching materials to students and to create enjoyable classroom environment by engaging students in the learning process through the use of task. According to Willis (1998:40), states that language learners need variety and security. A wide range of topics, texts and task types gives learners variety. A framework with three distinction phases; pre-task, task cycle and language focus also gives them a sense of security. Language focus phase after the task cycle makes students to begin to worry less about new language they meet during the task cycle because they know they will have a chance to explore it later. Willis (1998:83) also explains that the aims of text-based tasks are to provide a wide repertoire of task types and designs based on written and spoken texts and require learners to apply their real-world knowledge and experience to assign meaning to what they see, hear or read.
The research uses recorded text by fluent or native speakers to give variety in teaching listening and to introduce the natural characteristics of spoken text to students. Cross (1995:250) argues that through recording, the class can be offered the chance to hear naturally spoken English, with elisions, linked consonants, weakened vowels and all the hesitations, false starts and imperfections of unplanned speech. In line with Rost (1996:160) states that many language educators, (e.g. Besse, et al) point out that there is a great advantage in using pre-recorded texts of native speaker conversations and native speakers oriented programmes in the classroom because of the genuiness they provide.
Moreover Morton (1999:177) states that the use of authentic texts enable students to study 'real' English instead of the English contrived by teachers. Authentic texts are thought to motivate students because they are derived from the ultimate goal of students' studies-English as used by native speakers. Therefore, recorded text can motivate students and they get a challenge to attempt to understand language as it as actually used by native speakers.
Based on the descriptions above, I am inspired to conduct an action research study at the 8th grade students of SMPN X. Through action research, the teacher and I can observe the students' problems, monitor the students' listening ability improvement by the action research's cycle, and make some reflections to be implemented for further practice. Wallace states that action research involves the collection and analysis of data related to some aspect of our professional practice. This is done so we can reflect on what we have discovered and apply it to our professional action (1999: 16-17). This study aimed at the improvement of the students' listening ability and at the improvement of the classroom listening situation using Text-Based Task.
B. The Problem Statements
The problems of this research can be formulated as follows:
1. Does and to what extent the use of Text-Based Task improve the students' listening ability at the 8th grade students of SMPN X?
2. How is the classroom situation when Text-Based Task is implemented in the listening class?
C. The Objectives of the Study
This study has some objectives which include:
1. To identify the improvement of the students' listening ability during and after implementing Text-Based Task at the 8th grade students of SMPN X.
2. To identify the classroom situation when Text-Based Task is implemented in the listening class.
D. The Benefits of the Study
This research is expected to be able to give some benefits for the students, the teacher, the school and me myself.
Through Text-Based Task, students become more purposeful in their listening activity, they know what they have to do because of the task appearance before listening. The function of integrated bottom-up and top-down strategies in TBT to process the text helps students to link what they heard and what they have known in listening text. The use of text recorded by the native speakers introduces the natural characteristic of English speech and to motivate students in listening as it as actually used by native speakers.
By this research, it is expected that the teacher can choose appropriate listening technique in improving students' listening ability. Moreover, the school where the research is conducted get the beneficial contribution of the use of Text-Based Task to overcome the students' problems in learning listening. The result of the study will also give a great experience to me myself to increase my knowledge about TBT and about listening. For English Department of X University and other researchers, the result of the study provides information to lead further study about listening and about action research.
makalah gratis |
| |
| | |
| |
| | | | |
| | | | |
| |
SKRIPSI PTK IMPROVING STUDENTS READING COMPREHENSION ON NARRATIVE TEXT USING NARRATIVE VIDEO |
|
May 9, 2011 at 10:41 AM |
|
(KODE PTK-0053) : SKRIPSI PTK IMPROVING STUDENTS READING COMPREHENSION ON NARRATIVE TEXT USING NARRATIVE VIDEO (MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS) – (SMA KELAS X)
CHAPTER I INTRODUCTION
A. Background of the Study
As an International language, English is very important in our daily life. Most electronic tools use English in their instructions, such as computer, rice cooker, washing machine, et cetera. It is very dangerous if those tools are used without its instruction being read. If someone wants to communicate with people from other countries, he should master English well. It is because English is the language used in international communication. So, it is very important for people to learn English.
Nowadays, English is one of the subjects that is taught since in the elementary school until university and examined in the national examination to determine the students' graduation. The provision that English is examined in the final examination is stated in Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tahun XXXX pasal 7 ayat 1, 2, dan 3 as follow:
(1) Mata pelajaran UN SMA/MA Program IP A, meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi.
(2) Mata pelajaran UN SMA/MA Program IPS, meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ekonomi, Sosiologi, dan Geografi
(3) Mata pelajaran UN SMA/MA Program Bahasa, meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Bahasa Asing lain yang diambil, Sejarah Budaya/Antropologi, dan Sastra Indonesia.
There are four main skills in English: those are reading, listening, speaking, and writing. Reading and listening are called receptive skill, in which people need the ability to receive written or spoken language when they do it.
While speaking and writing are called productive skill because when people do it, they need the ability to produce written or spoken language (Harmer, 1998: 44).
Reading, which belongs to receptive skill, can be defined as a process whereby one looks at and understands what has been written (Williams, 1999: 2). It means that, when someone reads, he looks at something written and tries to get the meaning to understand it. Reading can also be described as a mental or cognitive process which involves a reader in trying to follow and respond to a message from a writer, who is in distant space and time (Davies, 1995: 1). It means that reading activity connects the reader and the writer although they are in different time and place; for example reading an ancient book, reading personal letter, et cetera.
The reason for teaching reading to the students is because it belongs to the basic language skills in English, just as important as speaking, listening, and writing. Besides, reading is closely related with other subjects. Most of the materials given by the teacher (in English or other subjects) are presented in written form, for example in handbook, handout, et cetera. It means that to understand the materials, the students must have the ability to look at and get the meaning of written text, that is called reading skill. Because of that, reading is very important to be taught to the students.
According to the researcher's observation, the students' reading skill of SMAN X was still low. They still had difficulties in understanding the text. The texts which were taught in the first grade of Senior High School were descriptive, news item, and narrative. Based on the observation in the classroom and the interview with the teacher and the students, the researcher found that they had difficulties in narrative text. They had difficulties in understanding the characteristics of the text including the social function, generic structure, and language feature. The generic structure includes finding detail information and determining the parts of the text. While, the language feature includes vocabulary, finding references, and understanding the tenses.
The students' difficulties in reading were caused by some factors that might come from the students and the teacher. Most of the students admitted that they often felt bored when they had to read a text, especially a long and uninteresting topic text. In the class, some students were sometimes seemed to lean over their head on the table and talk each other. They just paid attention to the teacher when they did exercises but if the time given to do it was too long, they began to be noisy again. When they read a long text, they were not so interested because they often did not understand the meaning of the words used in the text. It was difficult for them to understand the content of the text. However, they were reluctant to bring the dictionary. They just waited until the teacher explained it for them or asked them about the difficult words. Besides, there were some problems that came from the teacher. Actually, the teacher's way in explaining the materials was clear enough but she was too rivet on the textbook. She usually taught using conventional way by staying in class and doing the exercises on the handbook. She used various techniques and media in teaching rarely. So, the students felt that English lesson was boring. All of those factors made the students to have low motivation in learning English, especially reading.
To improve the students' motivation in learning, the teacher must use interesting teaching strategy. Sudiardjo and Siregar, in their article entitled "Media Pembelajaran Sebagai Pilihan dalam Strategi Pembelajaran" define learning strategy as:
"...suatu kondisi yang diciptakan oleh instruktur dengan sengaja (seperti metode, sarana, prasarana, materi, media dan sebagainya), agar siswa difasilitasi (dipermudah) dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan" (Prawiradilaga and Siregar 2004: 4). If the teacher can make the condition that stimulates the students to learn, it will make easier for them to receive the material, so the goal of the teaching will be achieved. As stated in the teaching strategy's definition above, media is one of the ways to facilitate the students to learn. Related to the use of media in teaching, Arsyad states that "Media pembelajaran secara umum adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar " (2005: 4). Teaching media is a concrete thing that can be used by the teacher to convey the material, for example picture, cassette, video, tape recorder, television, computer, internet, et cetera. Media can be used as AVA (Audio Visual Aids) to give concrete experiences to the students, so the teacher's explanation will not be abstract. It can also be used as communication tools to connect the students with the material, so they can receive the material easier (Prawiradilaga and Siregar, 2004: 6).
Related to video, Sadiman states that the message presented in the video can be a fact or fictitious, can be informative, educative, or instructive (1993: 76). Video can catch the students' attention easily. It is informative, it means that much information from many experts in this world can be recorded in video tape, so it can be received by the students everywhere they are. Video is also educative and instructive; it means that the message of the video can give concrete experiences to the students, so they can apply it in their daily life. By video, the teacher can prepare the difficult demonstrations before, so she/he is able to concern on his presentation. The teacher can also present the dangerous object that cannot be brought into the class (Sadiman, dkk, 1993: 76-77).
Based on the benefits of video in learning, it is expected that through video, the students can be interested and motivated in learning English, especially reading. In this case, the researcher intends to use narrative video because this research is focused on reading narrative text. The writer hopes that by using narrative video, it will give the visualization to the students about the contents of the narrative text, so they can understand it easier.
Based on the problems and the proposed solution above, the writer is interested in conducting an action research entitled "Improving Students' Reading Comprehension on Narrative Text Using Narrative Video (An Action Research at Tenth-Year of SMAN X in Academic Year XXXX/XXXX)".
B. Problem Formulation
Considering the background of the study above, the writer can formulate the problems as follows:
1. Can the use of narrative video improve the students' comprehension on narrative texts of tenth year students of SMAN X?
2. What happens when narrative video is applied in teaching narrative for reading?
C. Objective of the Study
Based on the problem formulations above, the objectives of this research are:
1. To know whether the use of narrative video can improve the students' narrative text mastery of the tenth year of SMAN X.
2. To describe what happen when narrative video is applied in teaching narrative reading.
D. Benefit of the Study
If this research gives positive result, it is expected that the result is able to give some benefits for students, teachers, and other researchers.
1. For the students, it is expected that this technique will help them improve their reading skill. The students will be able to:
- Understand the vocabularies used in the text by looking at its context
- Understand the main idea of the text by skimming
- Understand the detail information of the text by scanning
- Understand the goal, the parts, and the language features of narrative text
2. For the teachers, it is expected that the result of this research will give them a reference in their teaching so they can apply video in improving the students' reading skill.
3. For other researcher, it is expected that the result of this research will help them in finding references or resources for further research.
makalah gratis |
| |
| | |
| |
| | | | |
|